Teori Pengukuran
BAB
1
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Pengukuran merupakan bagian
yang penting dari suatu penyelidikan sains (Godfrey: 134). Pengukuran dibuat,
seperti yang ditunjukkan dalam akuntansi, karena data kuantitatif dapat
memberikan informasi yang lebih besar dibandingkan dengan data kualitatif dalam
banyak hal. Pengukuran atas suatu atribut yang dilaporkan dalam suatu laporan
keuangan(seperti aktiva, pendapatan, kewajiban) merupakan bagian penting dari
akuntansi itu sendiri. Dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa sejatinya
akuntansi merupakan pengukuran perusahaan/entitas bisnis dari sudut pandang
keuangan.
Hal ini bukan merupakan sesuatu
yang baru. Larson (1969) mengungkapkan hubungan antara akuntansi dan pengukuran
sebagai berikut: “Accounting is the art of measuring and communicating
financial information. This statement is not shocking or even surprising, yet
the acknowledgment that accounting is concerned with measurement is a first necessary
step towards a long awaited revolution in accounting”.
Dengan demikian, akan sangat baik bagi kita
untuk memahami teori pengukuran dan menguraikan sejumlah asumsi yang menjadi
dasar pengukuran pada akuntansi. Konsep pengukuran sendiri tumbuh dari evolusi
“teori bilangan dan aplikasinya dalam ilmu pengetahuan fisik”.
Teori pengukuran berfokus pada
pengembangan suatu alat ukur atau instrumen dengan bantuan seorang analis atau
peneliti yang dapat mengukur atribut dari suatu entitas, fenomena, atau sistem
yang dapat diteliti. Pengukuran merupakan suatu proses yang melibatkan
penetapan simbol, pengukuran terhadap orang, objek, peristiwa, atau
atribut-atribut berdasarkan peraturan yang telah ditentukan. Lebih lanjut,
makalah ini akan membahas konsep awal dari pengukuran sampai kepada penerapan
konsep tersebut dalam akuntansi.
II.
Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1.
Memberikan pemahaman mengenai pentingnya pengukuran dalam suatu
disiplin ilmu.
2.
Memaparkantentangjenis-jenisskalapengukurandanoperasi-operasiyangdapatdilakukan
atasnya.
3.
Menjelaskan mengenai jenis-jenis pengukuran dan perbedaan tiap
jenis pengukurantersebut.
III.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka masalah dalam makalah ini dapatdiuraikan sebagai berikut:
1.
Bagaimana konsep dari pengukuran?
2.
Skala apa yang digunakan dalampengukuran?
3.
Bagaimana konsep reliability dan akurasi dalam pengukuran?
4.
Apakah ada permasalahan lain yang berhubungan dengan pengukuran?
BAB
2
PEMBAHASAN
A.
ARTI PENGUKURAN
Pengukran
merupakan bagian dari akuntansi. Pengukuran dibuat dikareaka data kuantitatif
memberikan informasi yang lebih banyak daripada data kualitatif dalam banyak
hal.
a.
Menurut
Steven
Pengurkuran adaah penetapan suatu angka
kepaada objek atau kejadian berdasarkan suatu atura/ketentuan.
b.
Menurut
Campbell
Pengukuran
adalah penetapan suatu angka yang dpat menunjukkan kemampuan/sifat dari suatu
system, dengan kebijakan dari hukum atas sifat-sifat ini.
Campbells
membedakan antara siste dan sifat dari system itu sendiri. Sistem di sini, dalam
definisi Campbell adalah apa yang telah disebut Steven sebagai objek atau
kejadian. System ini bisa termasuk rumah, meja, orang-orang, asset, atau jarak
tempuh. Sifat (property) adalah aspek khusus atau karakteristik dari system
tersebut seperti berat, tinggi, kedalaman, atau warna. Kita akan selalu
mengukur property (sifat) dan bukan mengukur system.
Definisi
dari Campbell membutuhkan angka untuk ditetapkan terhadap sifat berdasarkan
hukum atas sifat-sifat tersebut. Sedangkan definisi Steven hanya membutuhkan
penetapan tersebut berdasarkan aturan. Sebaliknya, papun kegiatan penetapn atas
suatu angka bisa kita sebut sebagai pengukuran.
Dalam
pemahaman umum mengenai pengkuran, aturan semantic ditemukan dan digunakan
untuk menghubngkan system, angka formal dengan sifat untuk kemuddian diukur.
Dengan ini maka terciptalah skala dan sifat (property) dikatan diukur.
Pada
akuntansi, kita mengukur aba dengan cara menetapkan nilai atas modal dan
kemudian menghitung laba yang didapat dari perubahann modal selama periode
akuntansi untuk semua kejadian ekonomi yang mempengaruhi kekayaan perusahaan.
B.
SKALA PENGUKURAN
Setiap
pengukuran dibuat berdasarkan suatu skala. Skaa dibuat ketika aturan semantk
digunakan untuk menghubungkan pernyataan matematis terhadap objek atau
peristiwa/kejadian. Skala menunjukan informasi apa yang diwakili oleh
angka-angka tersebut, sehingga memberikan makna pada angka. Jenis skala dibuat
tergantung pada aturan semantic yang digunaka. Menurut Steven, skala dpat
digambarkan dalam istilah umum sebagai nominal, interval, atau rasio.
Klasifikasi ini memeriksa struktur skala dari kelompok matematika.
Skala
pengukuran menunjukkan informasi yang diberikan oleh hasil pengukura.
a.
SKALA
NOMINAL
Angka
hanya digunakan sebagia label yang menujukkan kemampuan dari objel. Togerson
menyatakan pengukuran mengacu pada sifat objek, sedangkan pada skla nominal,
angka tersebut kadang menunjukkan objek itu sendiri digunakan hanya sebagai
label. Contohnya adalah penomoran pemain sepak bola. Sifat utama dari angka tersebut
adalah untuk mengidentifikasi pemain atau objek itu sendiri. Dalam akuntansi
contoh dari penggunaan skala nominal adalah klasifikasi asset dan kewajiban ke
dalam kelas yang berbeda.
b.
SKALA
ORDINAL
Skala
ordinal menunjukkan rangking pengukuran objek dari beberapa alternative, dari
yang terendah ke tertinggi atau sebaliknya, sesuai dengan kemampuan/sifat yang
diberikan. Skala ini diciptakan ketika sebuah operasi peringkat objek-objek
dipertanyakan berkaitan dengan sifat yang diberikan. Sebagai contoh seorang
investor memiliki 3 kemungkinan kesempatan ntuk berinvestasi sebesar uang yang
akan diinvestasikan. Kemudian mereka merangking kesempatan investasi tersebut
pada urutan 1,2,dan 3 berdasarkan NPV (Net Present Value) yang akan didapat,
dengan rangking 1 sebagai NPV tertinggi dan rangking 3 sebagai NPV terendah.
Opereasi perhitungan NPV tersebut yang kemudian menimbulkan skala ordinal,
yaitu kumpulan angka yang mengacu pada alternative investasi tersebut.
Kelemahan dari skala ini adlah interval antar angka (1 ke 2, 2 ke 3, dst) tidak
bisa menunjukkan mengenai perbedaan kuantitas atas sifat/kemampuann yang
ditampilkan. Kelemahan lainnya adalah angka pada skala tersebut tidak merinci
“berapa banyak” atribut yang di milki objek.
c.
SKALA
INTERVAL
Skala
interval lebih banyak memberikan nformasi daripada skala ordinal. Tidak hanya
merangking objek berdasarkan sifat yang dimilikinya, namun jarak antar interval
pada sklala itu sama (equal) dan dapat diketahui. Terdapat titik nol dalam
skala ini. Contohnya adalah skala Celcius/Fahrenheit pad temperature. Interval
yang sama ditandai dengan penambahan volume yang sama dari titik nol.
Temperatur yang berbeda dibagi antara titik beku dan titik didih, dengan titik
beku ditetapkan sebesar 0˚(Nol derajat). Jika temperature dari dua ruangan yang
berbeda diukur dengan thermometer Celcius dan didapat angka 22˚ dan 30˚, maka
kita bisa katakana bahwa ruangan kedua lebih panas, tetapi juga kita bisa
katakana 8˚ lebih panas. Kelemahan dari skala ini adalah titik nol ditetapkan
secara sewenang-wenangnya.
d.
SKALA
RASIO
Sebuah skala rasio adalah suatu dimana :
·
Urutan rangking dari objek atau
peristiwa yang berkaitan dengan sifat yang dimiliki, diketahui.
·
Interval antara objek adalah sama dan
diketahui besarannya.
·
Asalnya unik, titik nolnya natural.
Dimana jarak antara titik nol tersebut dengan setidaknya satu objek diketahui.
Skala
rasio ini lebih banyak menyapaikan suatu informasi yang lengkap, meliputi
ketiga informasi skala sebelumnya. Salah satu contoh dari penerapan skala rasio
adaah pada pengukuran panjang (length). Misal ada 2 buah kayu, dimana kayu A
memiliki panjagn 10 meter dan kayu B memiliki panjang 20 meter. Dari sini dapat
dikatakan bahwa kayu B 10 meter lebih panjang dari kayu A, bisa juga dikatakan
kayu B 2x(kali) lebih pajang dari kayu A. Rasio dari angka dapat
diinterpretasikann secara langsung sebagai rasio dari kuantitas sifat yang
diukur. Sehingga masuk akal jika kita mengatakan bahwa kayu A panjangnya
setaengah dari kayu B, atau kayu B panjangnya 2x kayu A. Contoh penggunaan
skala rasio pada akuntansi adalah penggunaan dollar untuk menunjukkan cost dan value.
Misal jika asset A memiliki cost $10.000 dan asset B $20.000, kita bisa
menyatakan besarnya cost B 2x nya cost A. Titik nol terjadi, karena 0(nol)
menyatakan ketiadaan cost atau value, sama halnya seperti 0 untuk panjang yang
berarti tidak memiliki panjang.
C.
JENIS PENGUKURAN
Menurut
Campbell:
a.
PENGUKURAN
FUNDAMENTAL (Fundamental Measurement)
Pengukuran
fundamental terjadi ketika angka-angka (pengukuran) dapat ditetapkan pada
sifat/kemampuan/objek dan tidak bergantung pada pengukuran variabel lain.
Seperti panjang, daya listrik, dan volume. Skala rasio dapat dihitung untuk
setiap sifat yang berhubungan dengan ukuran yang berbeda atas sifaat yang telah
diberikan. Interprestasi dari angka tersebut bergantung pada teori empiris yang
telah dikonfirmasi berpengaruh pada operasi pengukuran. Misalnya: pengukuran
asset dan utang menggunakan pengukuran yang sama atau bersifat additive (bisa
dijumlahkan atau dikurangkan) dengan menggunakan satuan yang sama.
b.
PENGUKURAN
TURUNAN (Derived Measurement)
Pengukuran turunan adalah pengukuran
yang dapat ditetapkan pada suatu objek dengan memperhatikan pengukkuran yang
lainnya. Pengukuran turunan bergantung pada pengukuran fundamental yang telah
dikethui sebelmnya. Misal pendapatan dan biaya. Biaya adalah seluruh pengorban
yang dikeluarkan sampai porduk tersebut dijual. Pendapatan adalah hasil dari
penjualann yang merupakan pengukuran untuk menunjuk seberapa banyak hasil dari
produk yang telah terjual.
Menurut Torgersen:
a.
PENGUKURAN
FIAT (Fiat Measurement)
Pengukuran
fiat adalah jenis pengukuran pada ilmu social, termasuk akuntansi, yaitu
pengukuran yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama dari suatu observasi
tanpa ada teori yang mendukung. Torgersen mengatakan bahwa maslah utama dari
pengukuran fiat adalah banyaknya cara yang mana skala dapat dibangn, karena
tidaak berdasar pada teori Contoh mudahnya adalah tanah, yang diukur bukan
luasnya sebab luas tanah tidak akan berubah, tetapi nilai RP (Rupiah) dari
tanah tersebut.
D.
RELIABIILITY AND ACCURACY
Keandalan
dari suatu informasi yang bisa digunakan sebagai dasar. Bisa diandalkan maka
harus mengandung informasi yang benar dan akurat, namun keakuratan sering kai
tidak bisa diperoeh karena bebrapa hal(sumber kesalahan).
1.
Kegiatan
pengukuran yang kurang akurat
Aturan
untuk menetapkan nomor untuk property tertentu biasanya terdiri dari satu set
operasi. Satu set operasi tidak dapat dinyatakan tepat dan karenanya dapat
diinterpretasikan salah oleh orang sang pengukur. Sebagai contoh, perhitugnan
laba operassi yang melibtkan banyak –seperti- klasifikasi biaya dan alokasi
antara asset dan beban yang sering ditafsirkan berbeda oleh akuntan yang
berbeda. Alasan lainnya adalah bahwa seringkali menjadi “fit” dari operasi
matematika tidak cocok dengan baik hubungannya sebenarnya dari properti yang
akan diukur.
2.
Pengukkurannya
Individu
Pengukur
mungkin salah menafsirkan aturan, menjadi berat sebelah atau menerapkan/
membaca instrument tersebut dengan benar. Misalnya, jika sepuluh orang mengukur
panjang ruangan tertentu, kemungkinananya akn ada sepuluh hasil yang berbeda
yang mungkin mendekati hasil yang tepat, tetapi akan tetap ada selisih antara
satu sama lainnya. Contoh dalam akuntansi adalah bahwa para manajer memiliki
bisa tertentu untuk meningkatkan laba dan dasar asset kemudian memberikan
tekanan pada akuntan untuk membiasakan akun tersebut.
3.
Alat
Pengukur (instrument)
Beberapa
operasi menggunakn instrument fisik, seperti penggaris, thermometer, atau
barometer yang mungkin cacat. Hal ini memungkinkan terjadinya error bahkan jika
instrument tersebut bukan alat fisik, misalnya grafik, diagram, table, angka,
dst. Contoh timbangan digital/manual, jika instrumemntnya berbeda, hasilnya
beda.
4.
Lingkungan
Keadaan
yang menampilkan operasi pengukuran dapat mempengaruhi hasil. Misalnya kondisi
cuaca dapat mempengaruhi instrument dan pengukur yang lebih umum lagi
kebisingan dapat mengganggu pengukur, atau dalam akuntansi, tekanan manajemen
dpat mempengaruhi keputusan akuntan. Jika tekanan tersebut menyebabkan bias
oleh akuntan, maka kesalahan tersebut tidak disengaja dan non random. Jika
tekanan tersebut menyebabkan tekanan dan gngguan, maka sumber kesalahan bisa
disebabkan karena factor lingkungan. Kedalahan random sering disebabkan oleh
factor lingkungan. Faktor lainnya adalah lingkungan dimana perusahaan tersebut
beroprasi.
5.
Ketidakjelasan
atribut
Apa
yang akan diukur mungkin saja tidak jelas, khususnya jika mengandung kosep yang
tidak dapat diukur secara langsung. Pertama-tama, atribut tersebut sulit
dijelaskan. Pengukuran terhadap atribut tersebut hanya disimpulkan secara tidak
langsung dari berbagai tanggapan. Contohnya perhitungan 1kg butir telur yang
mana dalam 1kg ukuran telurnya berbeda-beda, ada yang besar ada yang kecil.
6.
Risiko
dan ketidakpastian
Hal
ini berkaitan dengan distribusi hasil pada asset yang berwujud. Sebagai contoh,
pegambilan dimasa akan datang pad asset berwujud seperti pabrik, dan peralatan
memiliki risiko tetapi asset tersebut homogeny dan harganya dapat diamati.
Bagaimanapun, asset tidak berwujud memiliki banyak masalah risiko seperti
ketidakpastian.
E.
PENGUKURAN RELIABEL DAN AKURAT
Ø Pengukuran yang dapat diandalkan
Realible
atau dapat diandalkan, merujuk pada pembuktian konsistensi operasi untuk
menciptakan baik hasil yang memuaskan atau hasil (angka-angka) itu sendiri
untuk keperlua tertentu. Dalam statistic, reliable menuntut pengukuran yang
dilakuka berulang-ulang atau direproduksi dengan demikian dapat menunjukkan
konsistensinya.
Keandalan
menggabungkan 2 aspek yaitu, ketepatan dan kepastian pengukuran, dan kesetiaan
perwakila dan pengungkapa dalam kaitannya dengan transaksi ekonomi dan
peristiwa yang mendasarinya. Aspek pengukuran menyangkut presisi pengukuran.
Istilah presisi ini sering digunakan dalam 2 konteks. Pertama mungkin merujuk
ke suatu angka. Kedua, ia dapat merujuk ke operasi pengukuran, dalam hal ini
berkaitan dengan:
·
Derajat perbaikan terhadap operasi atau
kinerjanya.
·
Hasil kesepakatan antara penggunaan
operasi pengukuran berulang sebagaimana yang diterapkan pada property yang
diberikan.
Ø Pengukuran yang akurat
Meskipun
prosedur pengukuran mungkin sangat dapat dihandalkan, memberikan hasil yang
sangat tepat, namun hal tersebut belum tentu memberikan hasil yang akurat.
Konsistentsi hasil, ketelitian, dan kehandalan belum tentu menunjukkan
keakuratan.
Masalahnya
adalah bahwa untuk beberapa pengukuran terdapat nilai tepat (true value) yang
tidak diketahui. Dalam hal penentuan keakuratan dalam akuntansi, kita harus
mengetahui atribut apa yang akan kita ukur untuk mencapai tujun dari pengukuran
tersebut. Tujuan dari akuntansi menyebutkan kebermanfaatan dari sebuah
informasi. Keakuratan dari pengkuran berhubungan dengan pengertian pragmatic
dari kebermanfaatan, namun akuntan tidak setuju. Bagaimanapun pengulangan
operasi pengukuran belum memastikan keakuratan hasil. Kita dapat menghitung
biaya persediaan dengan metode FIFO dan mengulang perhitungan berkali-kali dan
mendapatkan hasil yang sama, namun tidak berarti hasil tersebut akurat.
F.
PENGUKURAN DALAM AKUNTANSI
Perhitungan
yang paling dasar dalam ilmu akuntansi adalah perhitungan modal dan laba. Modal
dinilai berasal dari transaksi dan penilaian ulang yang terjadi di pasar modal.
Laba berasal dari perbandingan dari pendapatan dikurangi beban, juga perubahan
modal daam satu periode akuntansi.
Ø Pengukuran Modal
·
Berasal dari selisih asset dan
liabilitas
Dengan begitu kita harus menghitung ilai
dari modal awal, jumlah pendapatan yang didapat, jumlah modal yang digunakan,
dan perubahan asset bersih. Peningkatan modal diluar periode akan menghitung
jumlah laba dari berbagaimacam sumber daya termasuk operasi dan perhitungan
ulang (setelah pengaturan untuk pemasukan dari modal baru atau pembayaran
dividen). Nilai wajar yang dihitung ulang pada periode berikutnya akan menjadi
modal awal pada periode selanjutnya.
·
Modal dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Modal
yang berasall dari setoran pemilik
b. Modal
yang didistribusika kepada pemilik
c. Moda
yang berasal dari kegiatan operasional
·
Modal menunjukkan kinerja perusahaan di
masa yang akan datang.
·
Kinerja modal dilihat dari masa yang
akan datang dari kinerja masa lalu.
a. Berasal
dari selisih asset dan liabilitas, menggunakan fair value.
b. Pengukuran
moda awal. Perubahan yang diperoleh dan perubahan asset bersih.
·
Menunjukan sumber daya yang dikelola
oleh manajemen, sehingga kita memerlukan informasi bagaimana kemampuan
operasional yang ditunjukkan dengan laba dan kemampuan manajemen dalam
mengelola sumber daya yang ditunjukan dari modal.
Ø Pengukuran Laba
·
Laba menunjukan peningkatan modal yang
diperoleh dari hasil kegiatan operasional periode.
·
Berasal dari perubahan modal karena
perubahan :
1. Periode
2. Kegiatan
termasuk peningkatan dan penurunan asset bersih
·
Laba adalah selisih pendapatan dan beban
atau selisih modal akhir dan awal (konsep ekoomik)
·
Laba merupakan objek yang dibagikan
kepada investor dan tdak boleh dibagikan lebih besar dari labanya.
·
Masalah dalam pengukuran asset bersih adalah
melibatkan pengukuran aktiva. Bagaimana untuk mengukur nilai wajarnya dengan
lebih menekankan pada laba yaitu laba yang berasal dari modal dan lebih pada
principle based yaitu ilai asset yang bisa digunakan di masa yang akan datang.
Maka laba diukur menggunakan fair value bukan cost.
Pendapatan à
akan mempengaruhi asset sehinggaa akan menaikan asset dan menaikan modal.
Biaya à akan menurunkan
asset sehingga akan mempengaruhi modal (penurunan modal). Contohmya penurunan
biaya tenaga kerja, biaya angkur.
G. PERMASALAHAN PENGUKURAN
DAN AUDITOR
Beberapa
permasalahan sengja diciptakan untuk auditor dengan cara mengaihkan focus
terhasap perhitungan profit dari kecocokan atau perbandingan antara pendapatan
dan beban untuk menghitung perubahan dalam nilai wajar asset bersih. Laba
ditentukan dari kecocokan pendapatan dan beban dalam setiap transaksi pada
waktu dimana auditor dapat berkonsentrasi dalam mengumpulkan ukti-bbukti dari
setiap transaksi. Namun, apabila laba diperoleh dari perubahan nilai wajar maka
akan timbul pertanyaan lebih sulit bagi auditor mengenai pengumpulan bukti
dalam estimasi manajemen. Sebagai contoh, sebuah aspek dari perhitungan profit
dengan cara menaksir perubaha dalam nilai wajar aset bersih. Manajemen
diperlukan untuk menaksir pada waktu pelaporan apakah terdapat indikasi bahwa
sebuah aset mungkin saja mengalami penurunan nilai (impairment loss). Jika
indikasi tersebut ada maka manajemen harus mengestimasi jumlah aset yang tidak
lengkap tersebut.
Pedoman
standart audit internasional untuk kegiatan akibat penurunan nilai auditing dan
lainnya memperkirakan nilai wajar terkandung adalah ISA 540. Auditor diharuskan
untuk mengumpulkan bukti untuk menilai apakah manajemen telah mengikuti standar
akuntansi dengan tepat dan jika jumlah yang diakui sebagai kerugian penurunan
nilai wajar. Untuk melakukan hal ini, auditor harus menentukan apakah manajemen
telah memillih metode dan asumsi penilaian yang tepat dan masuk akal. Jika
standar akuntansi tidak meresepkan metode penilaian atas aktiva tertentu dan
kewajiban yang dipertimbangkan, auditor bisa menerima metode penilaian yang
wajar.
Dalam
tambahan untuk isu yang terkait dengan penggunaan nilai wajar dan masalah
terkait, auditor juga menghadapi masalah yang disebabkan oleh variabilitas
dalam tingkat keandalan dan ketepatan pengukuran biaya histiris. Sebagai
contoh, sistem produksi standar biaya didasarkan pada biaya historis sebagai
masukan, asumsi tentang volume pengolahan metode, dan isu-isu lingkungan
penugasan biaya overhead antara produk, proses, dan departement. Semua faktor
tersebut mempengaruhi biaya persediaan di tangan pada akhir periode dan barang
yang dijual pada selama periode tersebut. Dalam konteks ini, auditor perlu
untuk menguji kewajaran dari prosedur yang diterapkan dalam mengembangkan
standar dari suatu spesifikasi teknik. Ini termasuk mengumpulkan bukti tentang
kewajaran asumsi yang mendasari dan penggunaan data yang konsisten. Biaya
persediaan per unit akan tampak sangat tepat, tapi perubahan kondisi operasi
dapat menghasilkan variasi yang signifikan dan membuat asumsi yang mendasari
untuk alokasi biaya tidak valid.
Kegiatan
audit yang dilakukan adalah pengukuran audit di masa yang akan datang
menggunakan fair value bukan historical cost. Kalau sudah wajar pengujian
selanjutnya menguji apakah sudah mematuhi sistem manajemen yang ditetapkan oleh
manajemen bisa membantu pemakai laporan keuangan dalam prospek perusahaan di
masa yang akan datang.
BAB
3
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Elemen-elemen
statement keuangan harus diukur untuk membentuk informasi semantic, yaitu
elemen (object), ukuran (size), dan hubungan (relationship). Atribut elemen
harus diidentifikasi dan atribut pengukuran yang sesuai dipilih untuk
mendapatkan ketepatan penyimbolan. Pengukuran adalah penentuan besarnya
unit pengukur yang akan dilekatkan pada suatu object (elemen/pos) yang terlibat
dalam suatu transaksi, kejadian, atau keadaan untuk merepresentasi makna
atribut objek tersebut. Sehingga dua objek atau lebih dapat dibedakan dan
diperbandingkan atas dasar makna tersebut.
Setelah
elemen-elemen diukur, apakah elemen harus disajikan melalui statement keuangan
atau media pelaporan yang lain. Oleh karena itu, diperlukan criteria pengakuan
atas dasar elemen yang dipilih, pengukuran yang tepat, dan karakteristik
kualitatif. Empat criteria pengakuan utama (fundamental) adalah definisi,
keterukuran, keberpautan, dan keterandalan dalam lingkup kualitas informasi
batas atas dan batas bawah. Pengukuran mencakup hubungan formal angka dengan
sifat-sifat atau kejadian dengan berpedoman pada peraturan semantik. Peraturan
yang digunakan untuk menentukan jumlah dapat dientukan sesuai dengan keempat
skala: nominal, ordinal, interval atau rasio. Dalam akunting, kita dapat
menggunakan skala rasio untuk mengukur sifat-sifat finansial pendapadtgan, aset
dan hutgang. Namun demikian, kita juga dapast mengapplikasikan skala 28 ordinal
untuk jemperingkat projek-projek investasi atau profitabilitas atau keutnungan
perusahaan, atau skala interval dalam akunting biaya standar. Pada pembahasan
ini menjelaskan tiga jenis pengukuran yang berbeda. Pengukuran mendasar
adalahapabila angka-angka yang tidak bergantung pada sifat-sifat lainnya, namun
tetap dapat dilakukan dengan mengacu pada hukum alam. Dalam akunting, terdapat
perdebatan tentang sifat nilai dasar. Pengukuran yang dilakukan, sangat
bergantung pada hasil pengukuran terdahlu pada dua atau lebih kuantitas
lainnya. Pengukuran pertama selalu berubah dan biasanya dapat ditentukan
dengan fiat. Semua pengukuran tidak terlepas dari kesalahan karena banyak pengukuran
nilai yang benar tidak diketahui. Teori pengukiuran juga mengajarkan pada kita
bahwa apabila banyak pengukuran dalam akuhnting ada pada skala rasio,
yang merupakan skala yang paling informatif, maka akan terdapat dasar
teori yang sangat lemah sebab dikategorikan sebagai pengukuran “fiat”.
Pengukuran
fiat adalah pengukuran yang mengaitkian bilangan dengan sifat-sifat objek atgau
kejadian-kejadian berdasarkan definisi yang berubah. Kepercayaan yang
sangat besar pada pengukiuran seperti ini dapat diperoleh apabila
terdapat bukti-bukti emperis atau bukti-bukti teoritis yang mendukung hubungan
sifat-sifat atau kebutukan akan teori-teori seperti ini.
nice thanks for share kak
BalasHapuscall centre axis